Eramuslim.com-Sebagaimana yang banyak diberitakan oleh Media massa dan elektronik bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkali-kali memanggil Presiden Barrack Obama dengan panggilan “yang mulia”.
Berita ini sekaligus menjadi satu diantara topik lain yang juga cukup menyita banyak perhatian masyarakat dunia, baik di dunia maya maupun tentunya didunia nyata yakni kontroversi seputar terjadinya “adegan” jabat tangan antara Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring dengan Isteri dari Presiden barrack Obama yakni Michele Obama.
Tentu saja panggilan “yang mulia” itu bukan tanpa maksud. Tidak mungkin sekelas kepala negara memanggil seseorang dengan panggilan yang mulia walaupun itu kepada seorang kepala negara sekalipun. Sebenarnya panggilan ini tidaklah terlalu menjadi masalah, karena merupakan bentuk penghormatan kita kepada seseorang.
Namun, hal ini akan mejadi masalah jika ditujukan kepada seseorang yang bukan hanya tidak layak untuk dihormati, namun juga tidak boleh menginjakkan kakinya ke tanah negeri ini, karena tidak ada perbedaan di kalangan ‘ulama bahwa tidak boleh adanya kerjasama terlebih lagi menerima kunjungan seseorang yang dalam hal ini “melekat” didirinya status kafir harbi fi’lan.
Haram hukumnya menyambut tamu yang tangannya masih berlumuran darah kaum muslim, yang hingga kakinya menginjak karpet merah ketika turun dari pesawat, peluru-peluru tentaranya yang berada di beberapa negeri Muslim seperti di Irak, Afghanistan, Pakistan, Palestina yang sampai detik ini rakyatnya masih hidup dibawah jajahan Israel anak emas dari Amerika serikat, dan kepala negaranya adalah Obama yang kemarin menginjakkan kakinya di negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia.
Ustadz Zamroni Ahmad, seorang master Trainner Nasional khusus dalam bidang pengembangan bahasa arab yakni AFLAT, menjelaskan bahwa dalam bahasa Arab kata-kata "Yang Mulia" berarti "al mukarram" / "al kariim" dan ini biasanya diidentikkan dengan ketaqwaan. Sejak SD kita sering dengar ceramah yang menyampaikan terjemahan ayat "sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yg paling bertaqwa” Artinya yang paling rendah kemuliaannya adalah yang paling rendah ketaqwaannya.
Namun ia msih disebut memiliki ketaqwaan. Kemarin, Obama disebut berkali-kali dengan "Yang Mulia" dan itu diucapkan penuh khidmat.” Jelas beliau dalam status jejaring social Facebooknya.
Ustadz Farid Wadjdi juga menanggapi kedatangan Obama ini. Beliau jelaskan, “Sebagai negara muhariban fi’lan, seharusnya Amerika didudukkan sebagai negara musuh, diharamkan melakukan hubungan apapun dengan negara musuh baik ekonomi, politik, budaya, maupun militer. Diharamkan pula untuk menerima pemimpin negara musuh, Obama yang datang bukan untuk berdamai dan menghentikan perang dan penjajahannya terhadap umat Islam. Obama malah datang untuk mengokohnya penjajahannya di Indonesia.
Imam as Syafi’i dalam kita al Umm juz IV menjelaskan secara rinci sikap kita seharusnya terhadap muhariban fi’lan yang masuk dalam katagori ahlul harb. Dengan tegas Imam Syafi’I menyatakan Ahlul Harb dilarang datang kenegeri muslim untuk berdagang apapun alasannya. Kalau mereka masuk tanpa al aman (jaminan keamanan) dan risalah (sebagai duta), maka harta mereka boleh dirampas, mereka harus dikembalikan ke negeri mereka dan tidak boleh melanggeng di negeri kuam muslimin.
Mereka yang memerangi umat Islam, merampok kekayaan umat Islam jelas merupakan musuh Allah dan musuh kaum muslimin. Dalam Al Qur’an Allah SWT juga dengan tegas menyatakan jangan mengambil musuh Allah dan musuh kaum muslimin sebagai teman setia (QS Al Mumtahanah (60) : 1).
Ustadz Ismail Yusanto, dalam pernyataan resminya menjelaskan salah satu alas an kenapa Obama harus di tolak kedatangnnya. Beliau katakana, “Riwayat hidup Presiden Obama yang masa kecilnya pernah tinggal dan bersekolah di Jakarta, juga ada di antara nenek moyangnya yang beragama Islam tidak bisa dijadikan dasar untuk mengistimewakan dirinya.
Penilaian atas Obama harus didasarkan pada apa yang dilakukan saat ini selama menjadi Presiden AS. Jangankan sekadar pernah tinggal di Indonesia dan ada nenek moyangnya beragama Islam, seorang warga negara Indonesia yang Muslim sekalipun bila tangannya berlumuran darah, membunuh banyak orang tetap saja harus kita hukum. Ingatlah pada sebuah hadits di mana Rasulullah menyatakan bahwa andai Fatimah anak perempuan Muhammad mencuri niscaya pasti juga akan dipotong tangannya.”
Jadi, atas dasar apa SBY memanggil Obama dengan sebutan Yang Mulia berkali-kali jika tanpa maksud. Tidak lain adalah untuk mendapatkan perhatian dari sang presiden sekaligus untuk menunjukan penghormatan yang berlebihan kepada sang presiden adikuasa tersebut bahwa Negara Indonesia sangat hormat kepada “sang majikan”.
Bahkan ketika sebelum kedatangannya pun, pemerintah SBY menyiapkan persiapan yang super mewah kepada sang majikan, ditengah musibah dan bencana yang menimpa negeri ini. Berbagai persiapan yang ekstra mewah dilakukan seolah-olah benar-benar akan nada bahaya mengancam nyawanya. Padahal kalau mau dipikir lagi, semua kemewahan itu seolah-olah show of force atau pamer di tengah berdukanya rakyat Indonesia akibat bencana yang beruntun.
Pengamanan yang berlapis, 18.000 personel diturunkan untuk mengamankan kedantangan Obama, ironisnya, personel yang diturunkan untuk membantu korban 510 personel untuk membantu korban merapi, sebuah ironi yang benar-benar terjadi dinegeri ini.
Itulah sikap yang kita bisa lihat dengan sangat jelas, bagaimana SBY begitu wah dalam mempersiapkan dan menyambut kedatangan sang saudara tua itu. Sangat berbeda ketika kita melihat bagaimana sikap Pemerintah ini dalam menyambut tamu kenegaraan yang juga merupakan kepala Negara dari Austria saat berkunjung ke negeri ini yakni Presiden Austria Heinz Fischer.
Sebutan untuk keduanya pun berbeda. Presiden SBY menyebut Obama sebagai ‘Yang Mulia’, sedangkan untuk Fischer cukup ‘Mister President‘. “I’m so sorry Mister President. Really sorry,” ucap SBY kepada Fischer, seraya meminta penerjemah keluar dari biliknya dan menerjemahkan bahasa Indonesia ke Inggris dan sebaliknya melalui mikrofon MC.
Gambaran miris juga terjadi ketika Fischer berjalan melewati baliho penyambutan Obama dan sejumlah pekerja di Istana yang sedang berbenah dan memasang karpet merah untuk kedatangan Obama. Sementara Fischer malah berjalan menyamping dari karpet merah yang sedang dipasang.
Dalam jamuan makan malam itu pula SBY berulang kali menyebut Obama dengan ‘Yang Mulia’. Sedangkan Obama yang waktu kunjungannya di Indonesia cuma 20 jam itu simpel saja menyebut SBY dengan ‘President Yudhoyono’.
Ya Allah, semoga kami semua yang sungguh-sungguh berjuang atas nama-Mu, yang sejak awal menentang kedatangan Obama, Engkau hindarkan kami dari adzab-Mu. Amin.
<Adi Victoria>
Translate
Hijr Calender
Labels
- Abu Sayyaf (1)
- Al-Qaeda (12)
- Artikel Ringan (63)
- Bantahan (2)
- Berita Islam Dunia (31)
- Doa (11)
- Download (34)
- Ebook (6)
- Feature (17)
- Foto (2)
- Gambar Pesan (6)
- Game Jihadi (8)
- Haraqah Jihad (6)
- Inspire Magz (1)
- Jihad (4)
- Karomah Jihad (3)
- kisah (1)
- Mujahidah (2)
- Mujahidin (27)
- mujahidin hacker (4)
- Mujahidin Indonesia (3)
- Musuh Islam (21)
- Nasyid Jihad (5)
- Penting (18)
- Software Jihad (2)
- Software untuk mendownload (1)
- Syuhada (17)
- Tahrek E Taliban Pakistan (4)
- Tool (1)
- video (26)
Blog Archive
-
▼
2010
(61)
-
▼
November
(11)
- Game Under Ash 2
- Game Jenin Road of Hero (Demo)
- Kaum Syiah (Rafidhah)
- Game Global Conflict Palestine
- Palestina dan Tentara Berseragam Putih
- Software Hack Video Pesawat Mata-Mata
- Hukum Berdialog Dengan Kafir Harbi Fi’lan Dengan A...
- Yang Mulia Obama, Presiden Austria & SBY
- Penyiksaan Tidak Akan Memalingkan Agama dan Jalan ...
- Apa Kata Syaikh Abdullah Azzam (rahimahullah) Tent...
- Tangisan Syaikh Osama bin Ladin Hafidhahullah
-
▼
November
(11)